Search something?

Sabtu, 31 Mei 2014

Hati yang Jatuh di Yangmingshan Tak Pernah Menyesal

Dulu aku kira Hatori adalah sejenis ninja yang jadi juru kunci gunung Fuji seperti sosok Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi. Dulu aku sangka para pendaki gunung itu hanyalah orang-orang berotot kuat bertulang besi layaknya Gatot Kaca, sang wayang jagoan. Ternyata tidak! Aku yang berbadan kurus dan seksi pun bisa naik gunung! Kali ini aku berkisah tentang pengalamanku merantau di gunung yang terletak di negeri seberang, Taiwan.





Di Taiwan ada satu pegunungan yang ngetop dan hip hip hore. Namanya Yangmingshan. Areanya meliputi 7 daerah kekuasaan: Shilin, Beitou, Tamsui, Sanzhi, Shimen, Jinshan dan Wanli. Bayangkan luasnya? Puncak-puncaknya ada 5 gerombolan gunung yang mirip gerombolan Siberat, yaitu Xiangtian, Miantian, Datun, Xiaoguanyin dan Qixing.

Tenang! Kamu tidak perlu memanggul peralatan khusus seperti yang ada di punggung kura-kura ninja untuk mendaki Yangmingshan. Kamu juga tidak harus berbadan sekekar Hulk untuk menaklukkan Yangmingshan. Tapi, mungkin kamu perlu jadi juru kunci Yangminshan untuk bisa tuntas menjelajahinya. Lowongan nih! Tertarik? :p


Pada kunjunganku yang ketiga di Yangminshan, barulah aku sadar bahwa pegunungan ini teramat ramah untuk segala usia. Hampir seluruh tanahnya tertutup sempurna dengan rerumputan yang hijau dan segar. Bahkan, saking suburnya sapi, kambing dan dombapun tidak mau lagi kembali ke kandangnya kalau sudah merumput di Yangmingshan.

Wangi belerang yang ada di kawasan Xiaoyoukeng langsung membawa ingatanku ke Tangkuban Perahu. Yaa, wangi yang sangat khas! Asapnya mengepul. Aah aku suka bagian ini. Kencangnya angina bertiup tak terasa lagi karena hangatnya belerang yang merebak sampai ke dasar hati terdalam.





Kali kedua berada di Yangmingshan, aku terkagum dengan variasi pengunjungnya. Ada pasangan muda-mudi yang bermesraan dhiasi indahnya bunga sakura. Ada keluarga yang menggelar tikar di lapangan rumputnya. Ada orang-orang lanjut usia yang menghirup sejuknya udara di atas kursi roda mereka. Ada anak-anak TK bersama gurunya sedang asyik berkeliling. Ada pula aku yang sedang terbengong-bengong. Kebiasaan yang tak pernah hilang jika aku berada di gunung. Yaa, ini sikap bung!

Saat itu aku hanya menguntit temanku yang sedang merayakan kelulusan dari bangku kuliah. Di antara kerumunan manusia, dia memakai toga dan berpose dengan kepercayaan diri yang setinggi langit ketujuh. Pernahkah kamu melihat orang mengenakan pakaian wisuda di pegunungan?





Saat pertama kali, aku dan dua temanku hanya mencoba-coba ke Yangmingshan. Saat itu musim dingin, suhu berkisar di 10’ Celcius. Kabut menghampiri hidung mancung kami. Kami mengendus-endus ke mana sebaiknya kaki melangkah. Yaa, kami tersesat karena tidak menyangka bahwa Yangmingshan sebombastis itu. Kami 3 serangkai yang tersesat tapi bangga sebagai orang Indonesia!

Akhirnya kami mengikuti jejak para turis Jepang yang memilih jalur trail Erziping sepanjang 2 km. Dengan iringan musik Jepang yang diputar turis-turis itu, kami tidak mengeluh, tepatnya tidak sempat! Mata kami terlanjur terpukau akan deretan pepohohan yang seolah-olah bergotong royong melindungi kami dari terjangan angin musim dingin.

Setelah menempuh 60 menit perjalanan, sampailah kami di sebuah danau mungil nan cantik eksotik dengan latar belakang bukit dan sakura. Suara kami riuh rendah. Teriakan kami tertahan di tenggorokan. Danau Erziping di Yangminshan ini terlalu keren kalau harus diisi dengan keramaian. Tenang dan damai. Itulah yang kami nikmati.





Jika ada kesempatan, aku sungguh ingin mengajak orang tuaku ke Yangmingshan. Ibu dan bapakku yang kekuatan raganya tak lagi setegar remaja, pasti akan bahagia berada di Yangmingshan. Mengapa? Karena Yengminshan tidak pilih kasih. Ia tidak mengkhususkan dirinya hanya untuk para pendaki hebat. Ia tidak membuat pengunjungnya putus asa. Ia hanya ingin memberikan momen berkesan bagi setiap hati yang jatuh di bagian manapun dari tanah Yangmingshan.

Tidak ada komentar: