Search something?

Jumat, 03 Oktober 2014

#30HariMenulisPuisi: Hari 1

Ini adalah sebuah proyek yang seksi untuk menulis dengan tangan.
Bagaimana kisah awalnya? Silakan menelusuri jejaknya yang bertabur bintang di sini :)


Hari Pertama #30HariMenulisPuisi karena #MenulisPuisiItuSeksi


Apakah yang bisa kau ingat dari mengingat? -uopoiki-
Perlukah aku jelaskan sosok terang hatiku, guru kungfuy, penyelidik hati, dan perempuan sore? Tidak.


Tak ada sepatah kata yang terucap... -Manik Uni-
Kembali menguncup lalu merekah... -sagitto_sagitto-


Kamu yang menerangi hatiku... -NikenStar-
Semua itu hanya mimpi... -SitaSitoo-


Huruf yang selalu aku nanti... -Andre John-
Bisakah kamu membagi sedikit waktumu untuk mendengarkanku bercerita... -Perempuan Sore-


Pada hari pertama #30HariMenulisPuisi para penulis mengungkapkan kekayaan imajinasinya tentang perjumpaan dan perpisahan. Perjumpaan yang mungkin tak pernah diterka. Sampai-sampai semua ini terasa bagai mimpi. Mimpi yang mungkin telah, sedang, dan akan terwujud. Siapa sangka, mimpi ini menuntun ditemukannya sang gembala. Gembala yang baik.

Mungkinkah sang gembala yang baik itu memiliki huruf i pada namanya? Adakah sang gembala yang baik ini menanti-nanti sekaligus dinanti-nanti setiap pagi? Akankah sang gembala masih punya waktu sedikit saja untuk berbagi? Ataukah sang gembala terlalu jauh untuk digapai?


Gembala yang selalu menggenggam hati tatkala menjelajah. Menjelajah kehidupan yang jalannya bercabang. Begitu rumit cabangnya, hingga tak mampu hati demi hati berjalan sendiri tanpa dituntun sang gembala. Kehadiran gembala yang baik ini memberi satu arti. Arti kita. Tentang kita.

Kita dan tentang kita bisa saja berakhir. Saat langit hitam gelap. Saat bulan menggantung tanpa bintang-bintang. Saat itulah kita dan tentang kita menjadi begitu berarti. Atau arti yang terlalu berarti.


Arti itu tak pernah mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ketidakmampuan ini pada akhirnya membuat jiwa bimbang. Bimbang menimbang-nimbang hati dan budi. Budi ingin segera bertualang, namun hati selalu mengingat kenangan. Semakin lama kenangan pun menyiksa jiwa.

Entah bagaimana, walau siksaan mendera, namun tak ingin mengasihani diri sendiri. Bukan itu. Selalu ada harap. Harap yang diselubungi percaya. Percaya akan kebebasan di ujung sana. Bebas menentukan kuncup dan rekah. Karena di sana ada terang. Sang terang dari sang gembala baik yang tetap tenang. Tenang memanggil pulang, menepikan kesepian. Tak ada sepi, tapi seksi :)


Sepi adalah nyanyian hidup.
Sepi membuat manusia merasa akan berharganya...
orang lain...
-Mane Klaran-



Terpukau membaca puisi-puisi Hari Kedua #30HariMenulisPuisi karena #MenulisPuisiItuSeksi? Klik saja ini!


Tidak ada komentar: