Search something?

Jumat, 10 Oktober 2014

#30HariMenulisPuisi: Hari 8

Lalu lintas, olahraga, kantor, negara dipenuhi simbol-simbol yang sarat makna. Begitulah kehidupan. Namun hidup juga tersusun dari berbagai kepingan. Apa sajakah itu? Mari kita renungkan...


Sayangnya mereka pedas, bukan manis... -uopoiki-



Awalnya aku tak merasa, kehadiranmu serasa biasa... -Manik Uni-
Aku rapuh, begitu pula hatiku... -SitaSitoo-



Menyengat kulit sampai menghitam... -Andre John-
Manusia juga terbuat dari lubang hitam, borok, dan air mata... -Perempuan Sore-


Hidup ini utuh. Jika hidup terpecah belah, maka hidup pasti sudah diadudomba seperti strategi perang zaman dulu. Bagaimanakah hidup yang utuh?

Aku sendiri pun masih terus berjuang mewujudkannya, karena seringkali peristiwa demi peristiwa duniawi meluluhlantakkannya. Serbuan peluru-peluru masalah seakan tak pernah henti. Ia meninggalkan lubang-lubang hitam menganga pada hidup kita. Belum juga lubang dibalut, ribuan beban menindih hingga pundak dan punggung terasa begitu panas, lalu terluka dan berdarah.

Jika hati sudah terlalu rapuh, saatnya kita untuk menepi, menyelami diri. Ada kebaikan yang tak terhitung yang mewarnai hari-hari kita. Kenangan-kenangan yang sederhana tapi seru bisa membuat kita tersenyum. Kepingan-kepingan kecil yang tercecer saatnya untuk ditata rapi supaya apa yang awalnya terasa biasa saja bisa menjadi istimewa dan penuh syukur.


Nanti kita akan menyadari bahwa hidup ini seperti nasi tumpeng. Awalnya nasi tumpeng putih, namun setelah dilumuri sesaji, akan menjadi kuning. Hidup tak selalu bersih, tapi juga kotor. Itulah hidup yang utuh, tak terpisah-pisah. Ingat, hidup ini terbuat dari kebaikan sekaligus lubang hitam, borok, dan air mata.

Awalnya nasi tumpeng berbentuk kerucut runcing, namun setelah dipotong, akan menjadi tak berbekas. Hidup di dunia hanya sementara, dan akhirnya habis masanya, tapi janganlah meratap. Itulah hidup yang utuh, di dunia dan akhirat. Ingat, hidup tak pernah biasa saja, hidup akan penuh makna, pada akhirnya.

Awalnya nasi tumpeng hanya nasi, namun setelah dihiasi lauk pauk, akan menjadi menu yang lezat. Hidup tak hanya berisi jatuh cinta dan bahagia selamanya. Hidup akan jatuh berkali-kali, lalu bangkit berulang kali, dan bangun untuk selamanya. Itulah hidup yang utuh, lengkap dengan semua dinamika jatuh, bangkit, dan bangun cinta. Ingat, saat kita merasa rapuh karena kegagalan dan patah hati, bukan berarti hidup runtuh, namun hidup hanya perlu goyang dangdut sebentar saja.

Awalnya nasi tumpeng terdiri dari banyak bagian yang berbeda-beda tempatnya, namun setelah disatukan, ia tak bisa diceraikan oleh manusia. Oh, bukan! Setelah ditata rapi menjadi satu di atas sebuah tampah. Hidup pun demikian, harus mempunyai dasar kepercayaan yang menopang jiwa raga kita sehingga sanggup untuk terus berjalan. Ingat, hidup kita ditempa oleh beragam cobaan yang menghitamkan kulit juga berjuta kejutan yang menguji nurani.


Jadi, hidup memang harus utuh seperti nasi tumpeng. Seperti sebutir nasi pada tumpeng, sebutir air mata adalah bagian dari hidup yang utuh. Seperti berbagai jenis lauk pauk pada tumpeng, berbagai peristiwa yang dianggap baik dan buruk, menguntungkan dan merugikan, atau luar biasa dan biasa, semuanya membentuk hidup manusia menjadi utuh. Seperti tampah yang menyangga tumpeng, mempunyai iman yang kuat adalah segalanya bagi hidup yang utuh.

Tak ada kekosongan dalam hidup yang utuh. Hidup yang utuh selalu seksi dengan caranya sendiri :)


Bagaimana hidup yang utuh saat dilanda kemarahan? Baca di sini!


Tidak ada komentar: